Kamis, 03 Oktober 2013

Adakah Organisasi yang menaungi pembekam di Indonesia?


Adakah Organisasi yang menaungi pembekam di Indonesia?


Organisasi Bekam yang telah menjalin kemitraan dengan Departemen Kesehatan Indonesia dalam hal ini berada di bawah Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional yang menginduk di Dirjen Bina Kesehatan Ibu dan Anak adalah Asosiasi Bekam Indonesia
Organisasi Bekam yang telah menjalin kemitraan dengan Departemen Kesehatan Indonesia dalam hal ini berada di bawah Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional yang menginduk di Dirjen Bina Kesehatan Ibu dan Anak adalah Asosiasi Bekam Indonesia
Berikut ini kutipan dari Buku Pedoman Sertifikasi Asosiasi Bekam Indonesia
Berdirinya Asosiasi Bekam Indonesia (ABI) yang didirikan pada tanggal 10 Nopember 2007 di Jakarta, adalah suatu keharusan yang wajib didukung oleh setiap warga Indonesia apapun status sosialnya yang telah didirikan pada 10 Nopember 2007 dengan proses perjuangan yang cukup melelahkan dan kesabaran yang tinggi, dan pada tanggal 20 Juni 2008 ABI telah dikukuhkan dengan Akte Notaris Ummu Imamah, SH. No.2.
Berbagai upaya telah dilakukan agar peran ABI dapat dirasakan oleh masyarakat, maka untuk pertama kali Asosiasi Bekam Indonesia (ABI) mengadakan Rakernas ke-1 di Hotel Bumi Wiyata Depok pada Tanggal 24-25 Sya’ban 1429 H / 26-27 Agustus 2008 M yang Alhamdulillah dihadiri lebih dari 250 peserta dari berbagai utusan daerah.
Dengan didasari kesungguhan dan ketulusan hati maka Rakernas ABI ke 1 bertemakan: “Bersama Menghidupkan Sunnah Melayani Ummat Menuju Indonesia Sehat Jiwa dan Raga”, acara Rakernas ABI dibuka oleh Dirjen Bina Kesehatan Komunitas DEPKES RI. Dr. Bambang Sardjono, MPH., Dalam sambutannya mengatakan bahwa ”Peran asosiasi atau organisasi profesi pengobatan tradisional seperti ABI diharapkan dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat menuju Indonesia sehat 2010”. Sejalan dengan tema Rakernas ABI pada sesi Pembekalan yang disampaikan oleh Ust. H. Abdul Fattah seorang pemerhati/praktisi Pengobatan Nabi (Ath-Thibbun Nabawi) mengatakan dengan mengutip sambutan Presiden RI pada Kongres Umat Islam IV tahun 2005 “Ummat Islam harus cerdas memanfaatkan potensi besar yang ada dalam ajarannya, untuk merespon perubahan zaman”. Dan Saatnya Dunia Berubah yang dikutip dari judul buku DR.Dr.Siti Fadilah Supari, SP.JP (K) menteri Kesehatan RI., maka apabila pemerintah menyadari dan memanfaatkan potensi ummat Islam untuk mengatasi kegagalan yang sangat mendasar yang menjadi program prioritas di pelbagai negara yaitu Pendidikan dan Kesehatan. Maka kelahiran ABI merupakan tonggak sejarah yang harus terukir kembali sebagai sumbangsih ummat Islam untuk ikut berperan dalam membantu program pemerintah Menuju Indonesia Sehat 2010.
ABI merupakan wadah para praktisi dan pengobatan bekam dari berbagai pelosok bumi Nusantara yang mandiri dan telah berperan aktif untuk menyehatkan bangsa, ini sejalan dengan Visi Departemen Kesehatan “Masyarakat mandiri untuk hidup sehat“ dengan Misi “Membuat Rakyat Sehat“ maka tentunya apabila Asosiasi Bekam Indonesia dijadikan pilihan handal dalam mensukseskan program pemerintah, adalah suatu hal yang tidak mustahil “Indonesia sehat 2020” insya Allah akan dapat dicapai sebelum tahun 2020.
Akselerasi penyehatan bangsa bersama sunnah diwujudkan dengan meningkatkan qualitas sumber daya manusia (SDM) dengan memberikan pelatihan kepada setiap anggotanya dengan berbagai disiplin ilmu kesehatan secara holistic yang telah dicanangkan oleh WHO “Health is a complete state of Physical, Mental, Social well being and not merely the absence of disease or infirmity”. Atau menurut Undang-Undang RI No. 9 tahun 1960 : “Sehat atau kesehatan adalah keadaan meliputi kesehatan Badan (Jasmani), Rohani (mental), sosial (moral) dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit cacat atau lemah”.
Pada sesi pembekalan yang ke 2 Prof.DR.dr. Dede Kusmana yang juga sebagai penasehat ABI, mengatakan bahwa Penyakit Jantung adalah pembunuh no. 1 di dunia dan di Indonesia, salah satu penyebab utama adalah kebiasaan merokok, maka bisa jadi penyakit kronis yang dalam dunia medis tidak mampu ditangani, maka dengan bekam yang merupakan pengeluaran darah dari permukaan kulit dan senyawa-senyawa toxin pada tubuh manusia sehingga tubuh akan memberikan reaksi balik yang positif untuk meningkatkan kekebalan.
Subhannallah.. Allahu Akbar, Rakernas ABI ke 1 ini mendapatkan respon yang luar biasa tidak hanya di kalangan praktisi dan para pengobat bekam saja yang hadir, akan tetapi lebih dari 27 orang para medis/para dokter dari pelbagai wilayah Indonesia juga hadir untuk memberikan dukungan dan saran-saran inovatif, sehingga ABI akan dapat diterima dari berbagai disipilin ilmu, kalangan dan masyarakat, yang pada akhirnya ABI menjadi pilihan utama sebagai metode pengobatan alami.
Rakernas ditutup dengan tausiyah yang disampaikan oleh ustadz. H.Muhammad Arifin Ilham yang menekankan bahwa ABI adalah merupakan sarana/ladang kita untuk berda’wah, jadikanlah apapun keahlian yang kita miliki sebagai daya tarik dan bukan daya tarif. Karena pengobatan ini merupakan pengobatan utama yang dibawa oleh Rasulullah SAW, maka seyogyanya para pengamal/penterapi mengikuti suri tauladan dan akhlaq Nabi kita Muhammad SAW. Sehingga dalam menghidupkan sunnah Rasulullah SAW tidak ada lagi saling menjatuhkan atau menjelekkan sesama para penterapi.
Namun perkembangan dunia bekam sangat pesat, terbukti ketika para dokter rame-rame bicara tentang bekam, bahkan sebagian dari mereka telah hijrah ke praktek thibbun nabawi, sehingga selain ABI muncul juga Ikatan Terapis Bekam Indonesia atau yang di kenal dengan ITBI, ITBI ini memiliki tujuan dan visi yang sama dengan ABI, namun berbeda organisi dan kepengurusan saja. ITBI di ketuai oleh Ustadz H. Galih Gumelar, ST, M.Si, sebagai salah seorang pendiri dan Ketua Umum.
Ikatan Terapis Bekam Indonesia (ITBI) terbentuk belakangan setelah ABI, namun sepak terjangnya memajukan dunia bekam Indonesia disambut baik diseluruh penjuru Indonesia. Sehingga organisasi dan wadah bekam di Indonesia kini bukan hanya ABI saja namun ada Ikatan Terapis Bekam Indonesia (ITBI).
Semoga dengan adanya dua organisasi wadah bekam di Indonesia menjadikan bekam Indoensia semakin didepan dan semakin maju serta menjadikan bekam pengobatan utama seperti apa yang disampaikan ketua umum ITBI, “Bekam adalah pengobatan Utama”.
Munculnya Ikatan Terapis Bekam Indonesia (ITBI) menjadi fenomena baru bagi wadah para penerapis bekam di Indonesia, karena kelahebihan dari ITBI ini siapapun yang manjadi terapis bekam baik dari agama atau latar belakang asala terapis bekam, dapat menjadi anggota ITBI, sungguh luar biasa, selain mayoritas muslim yang menggunakan bekam, kini hampir 20-30 persen terapis yang ada di ITBI adalah warga Indonesia keturunan dan bukan beragama muslim. Dengan demikian bekam telah mampu menjadi pengobatan universal di Indonesia dan seluruh dunia.
Dengan mengutip firman Allah: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri“ (Ar-a’d: 11). Mari “ibda binafsik“ mulai dari diri kita, saudara kita, lingkungan kita dan bangsa kita untuk melakukan perubahan, perubahan kepada konsep-konsep ilahiyah yang penjabarannya telah dicontohkan melalui sunnah nabi Muhammad SAW.

Meningkatnya para pengobatan Bekam yang lahir atas dasar kesadaran untuk membantu sesama ini perlu memperoleh dukungan, pembinaan dan perlindungan serta pengawasan sehingga jangan sampai niat yang suci ini menjadi malapetaka buat si pembekam (penterapi) ataupun yang dibekam (pasien), untuk itulah perlu adanya standarisasi dalam metode pembekaman yang kita sebut dengan Standar Pelayanan Operasional Bekam (SPOB). Buku ini disusun untuk menjadi panduan anggota ABI dimanapun berada sehingga tindakan-tindakan yang dilakukan menjadi terarah dan dapat meminimalkan tingkat resiko. Semoga ALLAH SWT membimbing dan melindungi kita semua, mari satukan langkah dan lurusakan niat untuk satu tujuan yaitu Mardhotillah.. untuk mengharapkan keridho-NYA… Amiiin! 

0 komentar: