Adakah Organisasi yang menaungi pembekam di
Organisasi
Bekam yang telah menjalin kemitraan dengan Departemen Kesehatan Indonesia dalam hal ini
berada di bawah Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional yang menginduk di
Dirjen Bina Kesehatan Ibu dan Anak adalah Asosiasi Bekam Indonesia
Organisasi
Bekam yang telah menjalin kemitraan dengan Departemen Kesehatan Indonesia dalam hal ini
berada di bawah Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional yang menginduk di
Dirjen Bina Kesehatan Ibu dan Anak adalah Asosiasi Bekam Indonesia
Berikut
ini kutipan dari Buku Pedoman Sertifikasi Asosiasi Bekam Indonesia

Berbagai
upaya telah dilakukan agar peran ABI dapat dirasakan oleh masyarakat, maka
untuk pertama kali Asosiasi Bekam Indonesia (ABI) mengadakan Rakernas ke-1 di
Hotel Bumi Wiyata Depok pada Tanggal 24-25 Sya’ban 1429 H / 26-27 Agustus 2008
M yang Alhamdulillah dihadiri lebih dari 250 peserta dari berbagai utusan
daerah.
Dengan
didasari kesungguhan dan ketulusan hati maka Rakernas ABI ke 1 bertemakan:
“Bersama Menghidupkan Sunnah Melayani Ummat Menuju Indonesia Sehat Jiwa dan
Raga”, acara Rakernas ABI dibuka oleh Dirjen Bina Kesehatan Komunitas DEPKES
RI. Dr. Bambang Sardjono, MPH., Dalam sambutannya mengatakan bahwa ”Peran
asosiasi atau organisasi profesi pengobatan tradisional seperti ABI diharapkan
dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat menuju Indonesia sehat 2010”.
Sejalan dengan tema Rakernas ABI pada sesi Pembekalan yang disampaikan oleh
Ust. H. Abdul Fattah seorang pemerhati/praktisi Pengobatan Nabi (Ath-Thibbun
Nabawi) mengatakan dengan mengutip sambutan Presiden RI pada Kongres Umat Islam
IV tahun 2005 “Ummat Islam harus cerdas memanfaatkan potensi besar yang ada
dalam ajarannya, untuk merespon perubahan zaman”. Dan Saatnya Dunia Berubah
yang dikutip dari judul buku DR.Dr.Siti Fadilah Supari, SP.JP (K) menteri
Kesehatan RI., maka apabila pemerintah menyadari dan memanfaatkan potensi ummat
Islam untuk mengatasi kegagalan yang sangat mendasar yang menjadi program
prioritas di pelbagai negara yaitu Pendidikan dan Kesehatan. Maka kelahiran ABI
merupakan tonggak sejarah yang harus terukir kembali sebagai sumbangsih ummat
Islam untuk ikut berperan dalam membantu program pemerintah Menuju Indonesia
Sehat 2010.
ABI
merupakan wadah para praktisi dan pengobatan bekam dari berbagai pelosok bumi
Nusantara yang mandiri dan telah berperan aktif untuk menyehatkan bangsa, ini
sejalan dengan Visi Departemen Kesehatan “Masyarakat mandiri untuk hidup sehat“
dengan Misi “Membuat Rakyat Sehat“ maka tentunya apabila Asosiasi Bekam
Indonesia dijadikan pilihan handal dalam mensukseskan program pemerintah,
adalah suatu hal yang tidak mustahil “Indonesia sehat 2020” insya Allah akan
dapat dicapai sebelum tahun 2020.
Akselerasi
penyehatan bangsa bersama sunnah diwujudkan dengan meningkatkan qualitas sumber
daya manusia (SDM) dengan memberikan pelatihan kepada setiap anggotanya dengan
berbagai disiplin ilmu kesehatan secara holistic yang telah dicanangkan oleh
WHO “Health is a complete state of Physical, Mental, Social well being and not
merely the absence of disease or infirmity”. Atau menurut Undang-Undang RI No.
9 tahun 1960 : “Sehat atau kesehatan adalah keadaan meliputi kesehatan Badan
(Jasmani), Rohani (mental), sosial (moral) dan bukan hanya keadaan bebas dari
penyakit cacat atau lemah”.
Pada
sesi pembekalan yang ke 2 Prof.DR.dr. Dede Kusmana yang juga sebagai penasehat
ABI, mengatakan bahwa Penyakit Jantung adalah pembunuh no. 1 di dunia dan di
Indonesia, salah satu penyebab utama adalah kebiasaan merokok, maka bisa jadi
penyakit kronis yang dalam dunia medis tidak mampu ditangani, maka dengan bekam
yang merupakan pengeluaran darah dari permukaan kulit dan senyawa-senyawa toxin
pada tubuh manusia sehingga tubuh akan memberikan reaksi balik yang positif
untuk meningkatkan kekebalan.
Subhannallah..
Allahu Akbar, Rakernas ABI ke 1 ini mendapatkan respon yang luar biasa tidak
hanya di kalangan praktisi dan para pengobat bekam saja yang hadir, akan tetapi
lebih dari 27 orang para medis/para dokter dari pelbagai wilayah Indonesia juga
hadir untuk memberikan dukungan dan saran-saran inovatif, sehingga ABI akan
dapat diterima dari berbagai disipilin ilmu, kalangan dan masyarakat, yang pada
akhirnya ABI menjadi pilihan utama sebagai metode pengobatan alami.
Rakernas
ditutup dengan tausiyah yang disampaikan oleh ustadz. H.Muhammad Arifin Ilham
yang menekankan bahwa ABI adalah merupakan sarana/ladang kita untuk berda’wah,
jadikanlah apapun keahlian yang kita miliki sebagai daya tarik dan bukan daya
tarif. Karena pengobatan ini merupakan pengobatan utama yang dibawa oleh
Rasulullah SAW, maka seyogyanya para pengamal/penterapi mengikuti suri tauladan
dan akhlaq Nabi kita Muhammad SAW. Sehingga dalam menghidupkan sunnah
Rasulullah SAW tidak ada lagi saling menjatuhkan atau menjelekkan sesama para
penterapi.

Ikatan
Terapis Bekam Indonesia (ITBI) terbentuk belakangan setelah ABI, namun sepak
terjangnya memajukan dunia bekam Indonesia disambut baik
diseluruh penjuru Indonesia . Sehingga
organisasi dan wadah bekam di Indonesia kini bukan hanya
ABI saja namun ada Ikatan Terapis Bekam Indonesia (ITBI).
Semoga
dengan adanya dua organisasi wadah bekam di Indonesia menjadikan bekam
Indoensia semakin didepan dan semakin maju serta menjadikan bekam pengobatan
utama seperti apa yang disampaikan ketua umum ITBI, “Bekam adalah pengobatan
Utama”.
Munculnya
Ikatan Terapis Bekam Indonesia (ITBI) menjadi fenomena baru bagi wadah para
penerapis bekam di Indonesia, karena kelahebihan dari ITBI ini siapapun yang
manjadi terapis bekam baik dari agama atau latar belakang asala terapis bekam,
dapat menjadi anggota ITBI, sungguh luar biasa, selain mayoritas muslim yang
menggunakan bekam, kini hampir 20-30 persen terapis yang ada di ITBI adalah
warga Indonesia keturunan dan bukan beragama muslim. Dengan demikian bekam
telah mampu menjadi pengobatan universal di Indonesia dan seluruh dunia.
Dengan
mengutip firman Allah: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri“ (Ar-a’d:
11). Mari “ibda binafsik“ mulai dari diri kita, saudara kita, lingkungan kita
dan bangsa kita untuk melakukan perubahan, perubahan kepada konsep-konsep
ilahiyah yang penjabarannya telah dicontohkan melalui sunnah nabi Muhammad SAW.
Meningkatnya
para pengobatan Bekam yang lahir atas dasar kesadaran untuk membantu sesama ini
perlu memperoleh dukungan, pembinaan dan perlindungan serta pengawasan sehingga
jangan sampai niat yang suci ini menjadi malapetaka buat si pembekam
(penterapi) ataupun yang dibekam (pasien), untuk itulah perlu adanya
standarisasi dalam metode pembekaman yang kita sebut dengan Standar Pelayanan
Operasional Bekam (SPOB). Buku ini disusun untuk menjadi panduan anggota ABI
dimanapun berada sehingga tindakan-tindakan yang dilakukan menjadi terarah dan
dapat meminimalkan tingkat resiko. Semoga ALLAH SWT membimbing dan melindungi
kita semua, mari satukan langkah dan lurusakan niat untuk satu tujuan yaitu
Mardhotillah.. untuk mengharapkan keridho-NYA… Amiiin!
Adakah Organisasi yang menaungi pembekam di Indonesia?