Pengobatan Bekam: Menurut Tinjauan Pengobatan Tradisional, Kedokteran Modern dan Penelitian Ilmiah
1. Bekam Menurut Tinjauan Pengobatan Tradisional China
Untuk memahami pengobatan bekam, maka secara sederhana dapat dipelajari dengan pendekatan ilmu kedokteran tradisional (traditional medicine) maupun kedokteran modern, sehingga mukjizat medis seperti ini dapat mudah dipahami, diterima dan dibuktikan.
Menurut kedokteran tradisonal China (akupuntur), di bawah kulit, otot, maupun fascia
terdapat suatu poin titik yang mempunyai sifat istimewa. Antara titik
satu dengan titik lainnya saling berhubungan membujur dan melintang
membentuk jaring-jaring atau jala. Jala ini dapat disamakan dengan meridian atau habl.
Dengan adanya jala ini, maka terdapat hubungan yang erat antara bagian
tubuh sebelah atas dengan sebelah bawah, antara bagian dalam dengan
bagian luar, antara bagian kiri tubuh dan bagian kanan, antara organ
organ tubuh dengan jaringan bawah kulit, antara organ yang satu dengan
lainnya, antara organ tangan dan kaki, antara organ padat dengan organ
berongga, dan lainnya, sehingga membentuk suatu kesatuan yang tak
terpisahkan dan dapat bereaksi secara serentak.
Kelainan yang terjadi pada satu titik ini dapat ditularkan dan mempengaruhi poin lainnya. Juga sebaliknya, pengobatan pada satu titik akan menyembuhkan titik
lainnya. Teori ini dapat menjelaskan bahwa seseorang yang sakit matanya
tidak perlu dibekam pada matanya, namun dapat dibekam di daerah kepala
atau sekitar tengkuknya. Jika seseorang yang mengalami gangguan pada
saluran pencernaannya dapat terlihat gambaran penyakit di lidahnya.
Sehingga untuk mengobati pencernaanya dapat di bekam pada titik
pencernaan maupun lidahnya, dan sebaliknya untuk mengobati penyakit
pada lidah dapat dibekam di titik saluran pencernaanya.
2. Bekam Menurut Tinjauan Kedokteran Modern
Dunia
kedokteran modern tampaknya tertarik dengan fenomena pengobatan ini.
Merekapun melakukan penelitian untuk membuktikan kebenaran pengobatan
bekam. “titik istimewa” di atas setelah dilakukan penelitian ternyata
merupakan ‘motor poin’ pada perlekatan neuromuskular (neuromuscular attachements) yang mengandung banyak mitokondoria, kaya pembuluh darah, mengandung tinggi mioglobin, sebagian besar sel-nya menggunakan metabolisme oksidatif, dan lebih banyak mengandung cell mask, kelenjar limfe, kapiler, venula, bundle dan pleksus saraf serta ujung saraf akhir, dibanding dengan daerah yang bukan “titik istimewa”.
Mereka membuktikan bahwa apabila dilakukan pembekaman pada satu titik, maka di kulit (cutis), jaringan bawah kulit (sub cutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan dari mast cell dan lain-lainnya. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti serotin, histamin, bradikinin, slow reacting substance (SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare reaction
pada daerah yang di bekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi di
tempat yang jauh dari tempat pembekaman. Ini menyebabkan terjadinya
perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah. Akibatnya timbul efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat vasolilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil. Yang terpenting adalah dilepaskannya corticotrophin releasing factor (CRF), serta releasing factors lainnya oleh adenohipofise. CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya ACTH, corticotrophin, dan corticosteroid. Corticosteroid ini mempunyai efek menyembuhkan peradangan serta menstabilkan permeabilitas sel.
Sedangkan
golongan histamin yang ditimbulkannya mempunyai manfaat dalam proses
reparasi (perbaikan) sel dan jaringan yang rusak, serta memacu
pembentukan reticulo endothelial cell, yang akan meninggikan
daya resistensi (daya tahan) dan imunitas (kekebalan) tubuh. Sistem
imun ini terjadi melalui pembentukan interleukin dari cell karena faktor neural, peningkatan jumlah sel T karena peningkatan set-enkephalin, enkephalin dan endorphin
yang merupakan mediator antara susunan saraf pusat dan sistem imun,
substansi P yang mempunyai fungsi parasimpatis dan sistem imun, serta
peranan kelenjar pituitary dan hypothalamus anterior yang memproduksi CRF.
Penelitian
lainnya menunjukkan bahwa pembekaman di kulit akan menstimulasi kuat
syaraf permukaan kulit yang akan dilanjutkan pada cornu posterior medulla spinalis melalui syaraf A-delta dan C, serta traktus spino thalamicus kearah thalamus yang akan menghasilkan endorphin. Sedangkan sebagian rangsangan lainnya akan diteruskan melalui serabut aferen simpatik menuju ke motor neuron dan menimbulkan reflek intubasi nyeri. Efek lainnya adalah dilatasi pembuluh darah kulit, dan peningkatan kerja jantung.
Pada sistem endoktrin terjadi pengaruh pada sistem sentral melalui hypothalamus dan pituitari sehingga menghasilkan ACTH, TSH, FSH-LH, ADM. Sedangkan melalui system perifer langsung berefek pada organ untuk menghasilkan hormon-hormon insulin, thyroxin, adrenalin, corticotropin, estrogen, progesteron, testosteron. Hormon-hormon inilah yang bekerja di tempat jauh dari yang di bekam.
Dengan
demikian maka yang sebaiknya dipelajari bagi praktisi bekam adalah
dasar-dasar anatomi dan fisiologi (susunan dan fungsi) tubuh manusia,
baik melalui pendekatan kedokteran tradisional (seperti; akupuntur, akupresur, totok darah, moksibasi dan refleksi)
maupun kedokteran modern. Dengan memahami dasar dasar ilmu tersebut
tentu akan mudah dalam memahami mekanisme pengobatan bekam.
3. Kajian Tentang Komposisi Darah
Darah
merupakan cairan kehidupan, tanpanya kita akan binasa dan mati. Apabila
darah tercampur dengan polusi dan endapan, atau prosentase zat yang
larut di dalamnya terganggu, seperti hormon, lemak, garam, dan zat-zat
kimiawi lainnya, maka tubuh akan mengalami berbagai bentuk gangguan
kesehatan.
Darah
pun mempunyai berbagai fungsi di dalam tubuh manusia. Darah merupakan
alat transfor mempertahankan lingkungan dalam tubuh agar terjadi
Konstan (Hemcostastis) dan berperan penting pada pertahanan tubuh terhadap benda-benda asing.
Darah terbentuk dari sejumlah unsur dasar. Pertama, sel-sel darah merah. Ia mengandung materi berwarna yang disebut hemoglobin.
Materi inilah yang menjaga agar darah tetap berwarna merah khas. Materi
ini dapat dengan mudah bersatu dengan oksigen saat darah mengalir di
paru-paru, kemudian mendistribusikannya ke seluruh sel tubuh saat darah
melalui organ-organ tubuhnya. Jumlah sel darah merah sekitar lima juta
sel dalam setiap 1 mikron liter/ul darah. Usia sel darah merah mampu
bertahan hingga sekitar seratus dua puluh hari, kemudian setelah itu
dihancurkan di dalam liver dan limpa, dan diganti dengan sel-sel baru
sumsum tulang merah.
Kedua, sel-sel
darah putih. Unsur ini pada dasarnya menjalankan fungsi menjaga tubuh
dari serangan kuman dan mikrobakteri. Jumlahnya bisa mencapai 4500-9000
sel dalam setiap satu mikron liter/ul darah. Sel-sel darah putih
diproduksi di dalam sumsum tulang, limpa dan kelenjar limpa. Umurnya
diperkirakan mencapai sekitar lima belas hari.
Ketiga, lempengan
darah, yaitu zat yang berbentuk lempengan kecil. Jumlah sekitar
seperempat juta lempengan 1 mikron liter/ul darah. Ia juga diproduksi
di dalam sumsum tulang.
Lempengan darah memiliki fungsi yang besar. Ia mengkonsentrasi untuk
menutup luka apapun pada pembuluh darah. Dengan demikian, tubuh terjaga
dari bahaya pendarahan. Maksudnya, dengan tidak adanya
lempengan-lempengan darah ini, tubuh akan mengalami pendarahan sehingga
seseorang mati akibat tidak terbentuknya pembekuan darah.
Keempat, cairan
plasma, yaitu getah bening dan tak berwarna yang mengandung zat-zat
gula, albumin, lemak, garam, dan lain-lain, yang berfungsi
mendistribusikan darah kepada jaringan tubuh untuk mrmberinya nutrisi,
kemudian mengangkut dari jaringan ini, semua pembuangan akibat proses
pembakaran menuju organ-organ khusus dengan mengeluarkan
pembuangan-pembuangan dan membersihkan tubuh darinya. Di dalam getah
ini ikut larut sel darah merah, sel darah putih, sel lempengan darah.
4. Tentang Darah yang “Bermasalah“
Satu
kelompok medis melakukan uji laboratoris terhadap darah bekam. Anehnya,
mayoritas sel darah merah pada darah bekam telah berusia tua dan
abnormal. Jumlah sel darah putih relatif terbatas. Dengan demikian,
seolah-olah bekam dapat menjaga sel-sel darah yang alami (natural) dan
membersihkan sel-sel yang abnormal.
5. Interferon Bertambah Setelah Bekam
Seorang dokter berkebangsaan Perancis memuji efektivitas bekam!
Prof. Canteil menemukan kenyataan aneh dari kajian labotariumnya terhadap darah bekam dan darah venous
pada beberapa individu yang dibekam. Ia menemukan bahwa kemampuan darah
putih untuk memproduksikan interferon bertambah sepuluh kali lipat
setelah operasi bekam dibanding kemampuannya untuk memproduksi interferon dalam darah individu-individu yang tidak di bekam.
Ini artinya apa?
Interferon
merupakan zat protein yang di produksi sel-sel darah putih. Ia memiliki
reaksi yang kuat terhadap virus-virus yang menyerang tubuh.
Bertambahnya interferon berarti bertambahnya kekebalan tubuh terhadap penyakit dan infeksi. Zat ini (interferon) digunakan dalam bentuk sintesis untuk menerapi sakit hepatitis virus dan penyakit AIDS.
6. Organ Kekebalan Tubuh semakin Kuat Setelah Bekam
Bekam mampu menstimulasi sumsum tulang!
Melalui
kajian labotarium, terbukti bahwa jumlah sel darah putih meningkat
setelah dilakukan bekam. Para peneliti menafsirkan, hal tersebut dengan
terjadinya vitalitas sumsum tulang yang memproduksi sel-sel darah putih
setelah dilakukan bekam. Seolah-olah ia bangun dan lepas dari
keletihannya setelah darah terbebas dari berbagai endapan, akresi, dan campuran abnormal yang keluar bersama darah bekam.
Muhammad
Amin Syaikhu seorang ilmuwan Damaskus dalam artikel ilmiahnya, yang
sangat menarik tentang bekam dan rahasia umum tentang mekanisme
kesembuhan yang di peroleh dari praktek bekam yaitu terletak pada
dibersihkannya tubuh dari darah rusak yang menghambat berjalannya
fungsi-fungsi dan tugas-tugas tubuh secara sempurna, sehingga tubuh
menjadi mangsa empuk bagi berbagai penyakit
Untuk
mengungkap makna “membersihkan tubuh dari darah rusak”, sebuah tim
laboratorium telah meneliti darah yang keluar dari titik-titik bekam
(yaitu tengkuk/kahil) secara laboratoris dan mengomparasikannya
dengan darah pembuluh biasa pada sejumlah besar orang yang telah
dibekam berdasarkan prinsip-prinsip bekam yang benar, serta darah
tersebut dilihat dari hasil penelitian laboratorium darah terhadap
bekam.
Berdasarkan penelitian itu, terlihat hal-hal sebagai berikut :
Berdasarkan penelitian itu, terlihat hal-hal sebagai berikut :
- Bahwa darah bekam mengandung sepersepuluh kadar sel darah putih (lekosit)
yang ada di dalam darah biasa. Itu terlihat dalam seluruh kasus yang
diteliti, tanpa ada pengecualian. Yang menunjukkan keanehan adalah
ketika darah keluar tanpa disertai keluarnya sel-sel darah putih, ini
menunjukkan bahwa terapi bekam tetap melindungi dan sekaligus
menguatkan unsur-unsur sistem kekebalan.
- Adapun menyangkut eritrosit
(sel darah merah), semua sel darah merah memiliki bentuk yang aneh,
artinya sel-sel tersebut tidak mampu melakukan aktivitas, di samping
juga menghambat sel-sel lain yang masih muda dan aktif. Ini menunjukkan
bahwa proses bekam membuang sel-sel darah merah yang rusak dan darah
yang tidak dibutuhkan lagi, seraya tetap mempertahankan sel-sel darah
putih di dalam tubuh. Sedangkan fashd (pengeluaran darah dengan
mencoblos pembuluh vena) menyebabkan hilangnya komposisi darah yang
bermanfaat bersama sel-sel darah merah yang hendak dibersihkan.
- Kandungan
sel darah merah maupun sel darah putih dalam darah bekam tinggi sekali.
Ini menunjukkan bahwa proses bekam berhasil mengeluarkan semua kotoran,
sisa dan endapan darah sehingga mendorong kembali aktifnya seluruh
sistem dan organ tubuh.
- Kapasitas
ikatan zat besi dalam darah bekam tinggi sekali (550-1100), satu hal
yang menunjukkan bahwa bekam mempertahankan zat besi yang ada dalam
tubuh tidak ikut keluar bersama darah yang dikeluarkan dengan bekam
sebagai awal penggunaan zat besi tersebut dalam pembentukan sel-sel
muda yang baru.
Unsur
besi terdapat di dalam tubuh manusia dalam kondisi yang berbeda-beda.
Ada yang merupakan unsur-unsur panas yang bisa menyebabkan terhambatnya
aktivitas sel-sel sehingga mengurangi imunitasnya terhadap virus.
Karena itu, ditemukan kasus bahwa para pasien yang di dalam darah
mereka ditemukan kadar besi yang tinggi, reaksi mereka terhadap
pengobatan lebih lambat dibandingkan orang lain. Kemudian berbagai
riset membuktikan bahwa pembuangan sebagian darah dari para pasien
tersebut secara berulang-ulang akan membantu pemulihan kadar
penolakannya terhadap pengobatan, sedangkan bekam merupakan salah satu
metode untuk mengeluarkan dan membersihkan darah.
Dengan
demikian bekam dalam pengobatan modern juga digunakan untuk mengobati
banyak penyakit, diantaranya tekanan darah, infeksi pembuluh jantung,
meringankan penyakit angina pektoris (nyeri dada yang sangat
karena iskemik dari otot jantung), infeksi selaput dalam jantung,
penyakit paru-paru, batang tenggorokan, penyakit pusing, mata, rematik
akut, dan berbagai penyakit akut lainnya seraya mereka akui bahwa bekam
memiliki keistimewaan besar, yaitu bahwa ia tidak menimbulkan efek
samping. Hal ini disebutkan dan sangat populer di Eropa, khususnya di
Jerman dimana ada beberapa perusahaan medis di sana memproduksi
alat-alat khusus untuk peralatan bekam, seperti perusahaan Aitienge (Jerman).
DR.
Ali Muhammad Muthowi, beliau adalah dekan pertama pada Fakultas
kedokteran Al-Azhar dan ahli radiologi dan tumor mengatakan tentang
bekam, bekam merupakan pengobatan yang populer dan banyak digunakan di
Mesir hingga sekarang. Ia memiliki landasan ilmiah yang cukup di kenal,
yaitu bahwa organ-organ dalam tubuh berhubungan dengan bagian-bagian
tertentu pada kulit manusia di titik masuk saraf yang mensuplai makanan
kepada organ-organ tersebut di saraf tulang belakang. Dengan adanya
hubungan ini, maka rangsangan apapun yang diarahkan pada kulit manapun
pada bagian tubuh ini, akan mempengaruhi organ-organ internal yang
berhubungan dengan bagian kulit ini. Teori ini sama dengan yang
digunakan untuk pengobatan ‘tusuk jarum’ (akupunktur) Cina untuk
mengobati penyakit-penyakit ini. Beliau mengatakan, dengan mengenal
peta pembagian saraf pada kulit dan pada organ-organ internal, bisa
diketahui bagian-bagian kulit yang bisa digunakan berbekam untuk
memperoleh pengaruh medis yang diharapkan. Perbedaannya dalam tusuk
jarum (akupuntur), yang dihasilkan hanyalah rangsangan terhadap
titik-titik saraf, sedangkan dalam bekam, selain dihasilkan rangsangan
pada titik-titik saraf, juga terjadi pergerakan aliran darah dan
rangsangan terhadap organ-organ kekebalan tubuh.
Bekam Menurut Tinjauan Pengobatan Tradisional China